KABA ANGGUN NAN TONGGA


Judul buku:
Anggun Nan Tongga

Pengarang:
Ambas Mahkota


Kertas isi: HVS 70 gr.
Cover: Artpaper 210 gr.
Ukuran: 11 x 16 cm
Jumlah hal.: 184 halaman


Harga Rp 30.000,-


Diterbitkan oleh:
Penerbit Buku Alam Minangkabau
”Kristal Multimedia”
Jln. Mangga No.5 Tangah Jua
Telp./Fax: (0752) - 33768
Bukittinggi 26131 - Sumatera Barat


Pelayanan online
sms/wa ke 085965808124


Di jorong Kampung Dalam, Pariaman hiduplah seorang pemuda bernama Anggun Nan Tongga, yang juga dipanggil Magek Jabang dan bergelar Magek Durahman. Ibunya Ganto Pamai wafat tak lama setelah melahirkan Nan Tongga, sedangkan ayahnya pergi bertarak ke Gunung Ledang. Ia diasuh saudara perempuan ibunya yang bernama Suto Suri. Sejak kecil Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Puti Gondoriah, anak mamaknya. Nan Tongga tumbuh menjadi pemuda tampan dan cerdas. Ia mahir berkuda, silat, dan pandai mengaji Quran serta dalam ilmu agamanya.
Pada suatu hari terdengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang Nangkodoh Baha membuka gelanggang untuk mencari suami bagi adiknya, Intan Korong. Nan Tongga minta izin pada mandeh Suto Suri untuk ikut serta. Pada awalnya mandeh Suto Suri tidak setuju, karena Nan Tongga sudah bertunangan dengan Puti Gondoriah. namun akhirnya ia mengalah.
Di gelanggang Nan Tongga berhasil mengalahkan Nangkodo Baha pada tiap permainan: menyabung ayam, menembak maupun catur. Berang dan malu karena kekalahannya Nangkodoh Baha mengejek Nan Tongga karena membiarkan ketiga mamaknya ditawan bajak laut di pulau Binuang Sati. Mendengar kabar ini Nan Tongga pulang dengan hati sedih.
Nan Tongga bertekad untuk merantau mencari mamak-mamaknya Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Sebelum pergi ia minta izin pada mandeh Suto Suri dan tunangannya Puti Gondoriah. Gondoriah meminta Nan Tongga membawakannya benda-benda dan hewan-hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di antaranya adalah seekor burung nuri yang bisa berbicara, beruk yang pandai bermain kecapi, kain cindai yang 'tak basah oleh air, berjambul suto kuning, dikembang selebar alam, dilipat sebesar kuku, disimpan dalam telur burung'.
Nan Tongga berangkat berlayar dengan kapal bernama Dandang Panjang, ditemani pembantu setianya Bujang Selamat. Nakhodanya bernama Malin Cik Ameh. Setelah berlayar beberapa lama akhirnya mereka sampai di pulau Binuang Sati. Nan Tongga menyuruh kapal berlabuh di sana. Utusan Palimo Bajau, raja Pulau Binuang Sati, datang untuk mengusir Nan Tongga, namun ia menolak. Dalam pertempuran yang pecah kemudian Bujang Selamat berhasil membunuh Palimo Bajau. Pulau Binuang Sati pun takluk.
Nan Tongga menemukan salah seorang mamaknya, Nangkodoh Rajo, dikurung dalam kandang babi. Nangkodoh Rajo menceritakan bahwa kedua mamak Nan Tongga lainnya, Katik Intan dan Makhudum Sati berhasil meloloskan diri ketika pertempuran di laut dengan lanun anak buah Palimo Bajau. Ia juga memberitahukan bahwa burung nuri yang pandai berbicara ada di Kuala Koto Tanau. Kemudian Nan Tongga menyuruh Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman menggunakan kapal rampasan dari Binuang Sati, dan memberi pesan ke kampung halaman bahwa Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. Ia sendiri berlayar dengan Dandang Panjang bersama Bujang Selamat ke Koto Tanau. Namun Malin Cik Ameh ketika bertemu Gondan Gondoriah ia terpesona pada kecantikan tunangan Nan Tongga itu. Ia lalu bercerita bahwa Nan Tongga ditawan oleh Palimo Bajau. Ia juga berkata Nan Tongga berpesan Malin Cik Ameh dijadikan pemimpin di kampungnya. Malin Cik Ameh lalu dirajakan di sana. Ia mengirim utusan untuk meminang Puti Gondoriah namun ditolak dengan alasan masih berduka atas tertangkapnya Nan Tongga.
Sementara itu di Koto Tanau Anggun Nan Tongga menemukan pamannya yang lain menjadi raja di sana. Putri pamannya Puti Andami Sutan memiliki seekor burung nuri yang pandai berbicara. Nan Tongga lalu mencoba meminta burung tersebut. Dengan halus Andami Sutan mengisyaratkan Nan Tongga hanya dapat mendapatkan burung nuri tersebut dengan mengawini dirinya. Tak dapat menemukan cara lain Nan Tongga pun menikahi putri tersebut.
Pada suatu ketika burung nuri memenuhi permintaan Puti Gondoriah untuk terbang ke Tiku Pariaman. Di sana ia menemui Puti Gondan Gondoriah yang gundah mendengar tunangannya menikah dengan Andami Sutan. Nan Tongga tidak dapat menahan rindunya pada kampung halaman dan tunangannya. Ia meninggalkan istrinya Andami Sutan yang sedang hamil. Ketika Gondan Gondoriah mendengar kabar bahwa Anggun Nan Tongga sudah pulang ia lari ke Gunung Ledang. Nan Tongga kemudian mengejar dan membujuknya
untuk pulang. Gondoriah akhirnya luluh hatinya dan kembali bersama Nan Tongga.
Sebelum menikah Nan Tongga dan Puti Gondoriah ditemani oleh Bujang Selamat pergi mencari Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu. Namun Tuanku Haji Mudo berkata bahwa Nan Tongga dan Puti Gondoriah adalah saudara sepersusuan, karena Nan Tongga pernah menyusu pada ibu Puti Gondoriah. Menurut hukum Islam berarti Nan Tongga dan Puti Gondoriah tidak boleh menikah di dunia ini dan hanya dapat berjodoh di akhirat.
Karena belum juga pulang orang tua Nan Tongga dan Puti Gondoriah mengirim orang untuk mencari Nan Tongga dan Puti Gondoriah. Mereka menemukan Bujang Selamat yang mengabarkan bahwa Nan Tongga, Puti Gondoriah dan Tuanku Haji Mudo sudah naik ke langit.

0 komentar:

Posting Komentar

 
©2009 Kristal Multimedia | by TNB